Mobil bertransmisi otomatis semakin menjadi primadona konsumen Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah padat penduduk. Dengan tingginya angka kemacetan yang terjadi setiap harinya, mobil matic menjadi laris karena dianggap bikin si pengemudi bebas capek karena tak perlu lagi mengoper gigi.
Anggapan orang-orang yang mengatakan mengendarai mobil bertransmisi matic bebas capek bisa dibilang benar, asalkan Anda mampu mengemudikan mobil matic tadi secara tepat.
Setidaknya ada dua faktor yang membuat mengendarai mobil matic tidak selelah berkendara menggunakan mobil transmisi manual. Kedua faktor tersebut adalah:
Tidak ada pedal kopling
Berbeda dengan mobil manual yang memiliki pedal kopling, perpindahan gigi di mobil matic dilakukan secara mekanis.
Sejumlah mobil matic yang beredar di Indonesia menggunakan sistem torque converter ataupun pegas CVT yang memanfaatkan gaya sentrifugal.
Dengan begitu, kaki kiri sang pengemudi pun bisa beristirahat sepanjang perjalanan. Sampai ada istilah bahwa ‘kaki kiri haram hukumnya digunakan saat mengendarai mobil matic’ karena penginjakan pedal gas dan rem semuanya dilakukan oleh kaki kanan.
Tak memikirkan putaran mesin
Faktor kedua yang membuat mengendarai mobil matic bikin Anda bebas capek karena Anda tidak perlu lagi memikirkan putaran mesin.
Ketika Anda mengendarai mobil bertransmisi otomatis, Anda hanya perlu memasukkan pedal persneling ke titik D dan mobil pun bisa berjalan dengan leluasa.
Anda tidak perlu lagi repot-repot melihat rpm di speedometer mobil kemudian memasukkan gigi ke level rendah maupun tinggi karena semuanya itu sudah dikerjakan secara mekanis oleh transmisi CVT si mobil matic.
Nah itu tadi penjabaran singkat mengenai mitos soal berkendara mobil matic yang katanya bebas capek.
Kalau Anda sendiri Nusa Family, lebih senang mengemudikan mobil matic atau manual?
